Baca Juga
Devinisi Tawasul
التوسل هو: طلب حصول منفعة أو انتفاع مضرة من الله بذ كر اسم نبي أو
ولي أو اكراما للمتو سل به
(شرح القويم للعبداري : 378)
Artinya:
Tawasul
adalah memohon pada Allah SWT. untuk datangnya manfaat (kebaikan) atau memohon
agar terhindar dari bahaya (keburukan) dengan menyebut nama seorang nabi atau
wali Allah untuk memuliakan keduanya. (Sarh Qowim Al-‘Abdary, hlm 378)
Keterangan: Tawasul secara bahasa adalah perantara, sedangkan
menurut istilah adalah berdo’a memohon pada Allah untuk suatu hajat dengan
perantara para nabi Allah atau wali Allah dengan maksud untuk memuliakan
keduanya itu. Tawasul ini dilakukan agar doa segera dikabulkan oleh Allah SWT.
dengan perantaraan nabi atau wali atau bahkan para Syuhada’, sebab, seperti
firman Allah disebutkan bahwa, meskipun para syuhada/wali sudah wafat di mata
umat manusia dunia, namun pada hakekatnya mereka tidaklah wafat, melainkan
mereka hidup akan tetapi manusia tidak merasakan dan tidak mengetahuinya.
Sehingga tawasul pada para nabi, wali, syuhada’ diyakini akan lebih cepat
dikabulkannya doa seseorang, sebab mereka adalah orang yang dekat dengan Allah
SWT, karena manusia yang banyak dosa sulit dikabulkan oleh Allah, mungkin jika
berdoa sambil ber-tawasul pada para nabi dan para wali doa yang dipanjatkan
akan mudah terkabulkan
Dasar
Tawasul
Ayat al-Qur’an surat
al-Ma’idah: ayat 35)
يا أيها اللذين امنو اتقو الله وابتفو اليه الوسيلة وجاهدوا في سبيله
لعلكم تفلحون (المائدة : 35)
Artinya:
Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah yang (bisa)
mendekat kepadanya, dan berjihad-lah pada jalanNya supaya kamu mendapat
keberuntungan. (QS Al-Maidah: 35)
Tawasul Dengan Wasilah (perantara)
Ibadah
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ان الله قال من
عا دى لي وليا فقد أذنته بالحرب وما تقرب
الي عبدي بشئ أحب الي مما افترضت عليه وما يزال عبدي يتقرب الي بالنوافل حتى أحبه
فاءذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي يبصر به ويده التي يبطش بها و رجله
التي يمشي بها وان سألني لأعطينه ولاءن استعادني لأعيذنه وما ترددت عن شئ أنا فاعله تردديعن نفس المؤمن
يكره الموت وأنا أكره مسأته (رواه
البخاري)
Artinya:
Dari
Abu Hurairah
RA, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah SWT. befirman: ‘Barang siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku akan menyatakan perang
kepadanya. Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu (perantara) yang
Aku cintai dari perbuatan yang Aku wajibkan kepadanya, dan tidaklah seorang
hamba senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan (perantara) perbuatan-perbuatan
sunnah hingga Aku mencintainya, ketika Aku mencintainya, maka Aku akan menjaga
pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, Aku akan menjaga penglihatannya
yang ia gunakan untuk melihat, Aku akan menjaga tangannya yang ia gunakan untuk
memegang, Aku akan menjaga kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia
memohon sesuatu pada-Ku, Aku akan mengabulkannya, tidaklah aku ragu-ragu
melakukan sesuatu seperti keraguan-Ku ketika hendak merenggut nyawa hamba-Ku
yang beriman, dia membenci kematian sedang Aku tak suka menyakitinya.” (HR
Bukhari)
Tawasul Dengan Amal Shalih
عن أبي سعيد ألخد ري قال قال رسو ل الله صلى الله عليه وسلم من خرج من بيته له سبعونالى الصلاة أللهم بحق السا ئلين عليك وأسألك حق ممشاي هذا فاني لم أخرج أشرا ولا بطرا ولا ريأ
ولا سمعة اتقأ سخطك وابنغأ مرضاتك فأ سألك
أن تعيذني من النار وأنتغفرلي ذنوبي انه لا يغفر الذنوب الا أنت أقبل الله عليه بوجهه واستغفر له سبعونى ألف ملك (رواه
ابن ماجه)
Artinya:
Dari
Abi Sa’id al-Khudry, RA. Dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘barang siapa
keluar dari rumahnya untuk melaksanakan shalat, lalu berdoa: ‘Ya Allah
sesungguhnya aku meminta-Mu melalui (perantara) orang-orang yang meminta
pada-Mu dan melalui langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk
kejelekan, tidak keluar untuk kekerasan, tidak untuk ri’a dan tidak
sombong, aku keluar karena takut murka-Mu dan mencari ridlo-Mu, maka aku
meminta agar Engkau selamatkan aku dari api neraka, agar Engkau ampuni dosaku,
sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali engkau’, maka Allah akan menerimanya dan tujuh puluh ribu malaikat
memintakan ampun untuknya.” (HR: Ibnu Majah)
Tawasul
Dengan
Orang Shalih Saat Hidup dan Setelah Wafat
Disebutkan
dalam kitab Mu’jam al-Ausat, Juz I hlm 67. Imam Thabrani berkata: “Dari Anas RA. Berkata: ‘ketika
Fathimah bin Asad bin Hasyim, yakni Ibu dari Ali meninggal, Rasulullah SAW
mesuk dan melihat jenazahnya kemudian duduk disamping kepalanya dan berkata: ‘semoga
Allah memberkatimu, Ibuku, sebelum engkau kenyang, kau memberiku makan. Sebelum
engkau mengganti pakaian, kau memberiku pakaian. Sebelum engkau makan, kau
memberiku makanan yang enak. Engkau
melakukan semua itu karena Allah semata dan karena akhirat.’ Lalu Rasulullah memerintahkan supaya memandikannya tiga kali-tiga kali, setalah
air yang dicampur wewangian, Rasulullah menuangkan air diatas janazah dengan
tangannya, kemudian Rasulullah melepaskan gamisnya untuk menutupi mayat yang
diletakkan diatasnya, kemudian memerintahkan Usamah bin Zaid, Aba Ayub
al-Anshari dan Umar bin Khattab dan beberapa hamba kulit hitam untuk menggali
kuburnya. Setelah
menggali selesai, Rasulullah mengambil tanah dan
melemparkan di atas kuburnya dengan tangan beliau sendiri. Maka setelah selesai
penggalian, Rasulullah masuk kedalam kubur lalu membaringkan jasad di dalam kubur dan
bersabda: ‘Allah
adalah Dzat yang menghidupkan dan mematikan, Dia adalah Maha Hidup dan tidak mati.
Ampunilah Ibuku Fatimah binti Asad, ajarilah hujjah, yakni jawaban
pertanyaan kubur dan lapangkanlah kuburannya dengan hak Nabi-Mu dan nabi-nabi
serta para rasul sebelumku, sesungguhnya Engkau Maha Penyayang. Kemudian
Rasulullah bertakbir di atasnya empat kali, lalu Nabi, Al-Abbas, Abu bakar
al-Shiddiq memasukkan Jasad Fatimah binti Asad ke kuburnya. Tidak meriwayatkan
Hadits ini
dari Khatim al-‘Asham al-Khwal kecuali Imam as-Sufyan as-Tsauri, Rouh bin Shalah
sendiri meriwayatkan Hadits ini (al-Thabrani: Mu’jam al-Ausath, Juz I,hlm 67).
Kesimpulan
Dari
beberapa keterangan dan Hadis di atas, dapat dsimpulkkan bahwa Tawasul adalah
memohon pada Allah untuk suatu kebaikan atau memohon terhindar dari keburukan
melalui perantara para nabi, wali, syuhada’, baik yang sudah wafat atau masih
hidup, bisa juga dengan perantara amal kebaikan seperti dalam hadits di atas. Jadi
ziarah pada makam para wali, ulama dan orang-orang shalih seperti adat dan
budaya masyarakat indonesia saat ini adalah dalam upaya tawasul memohon pada
Allah dengan perantara para wali agar doa atau hajat yang diinginkan mudah
tercapai, bukan memohon pada para wali-wali itu.
* Staf Ahli Pasti Aswaja
Gambar: media.abatasa.com
0 comments:
Post a Comment