-
This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
-
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
-
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
-
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
-
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Sunday, May 29, 2016
Panyeppen Juara I, Bata-Bata juara II dan III Lomba Baca Kitab Kuning se-Madura
Menghina Lambang Negara, Pendukung ISIS Bikin Netizen Geram
Saturday, May 28, 2016
Arbiya: 'Terima Kasih PCNU Pamekasan'
![]() |
Senang: Arbiya tampak tersenyum lebar setelah melewati proses operasi katarak gratis yang digelar PCNU Pamekasan. |
Harlah NU ke-93, PCNU Pamekasan Gelar BAKSOS Operasi Katarak Gratis
Thursday, May 26, 2016
Besok, Rashdul Qiblat
Wednesday, May 25, 2016
Ma'had Tibyan li Al-Shibyan: 7 Tahun Mahir Baca Kitab Kuning
Sunday, May 22, 2016
Pendaftaran Ditutup, Berikut Nama Bakal Calon Ketum PMII Sumenep
![]() |
Proses pendaftaran Bakal Calon Ketua Umum PC PMII Sunenep |
Biografi Singkat KH. Abd. Djalil bin Fadlil Sidogiri
* Disarikan dari; buku "Jejak Langkah 9 Masyayikh Sidogiri (1)". Sidogiri Penerbit.
Source: LAZ Sidogiri
Saturday, May 21, 2016
Mantapkan Kaderisasi, PC PMII Pamekasan Gelar PKL
Wednesday, May 18, 2016
Biografi Mbah Sahal Mahfudz
- Thariqatal-Hushul ila Ghayahal-Ushul, (Surabaya: Diantarna, 2000)
- Pesantren Mencari Makna, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999)
- Al-Bayan al-Mulamma' 'an Alfdz al-Lumd", (Semarang: Thoha Putra, 1999)
- Telaah Fikih Sosial, Dialog dengan KH. MA. Sahal Mahfudh, (Semarang: Suara Merdeka, 1997)
- Nuansa Fiqh Sosial (Yogyakarta: LKiS, 1994)
- Ensiklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. Mustofa Bisri dari kitab Mausu'ah al-Ij ma'). (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1987).
- Al-Tsamarah al-Hajainiyah, I960 (Nurussalam, t.t)
- Luma' al-Hikmah ila Musalsalat al-Muhimmat, (Diktat Pesantren Maslakul Huda, Pati).
- Al-Faraid al-Ajibah, 1959 (Diktat Pesantren Maslakul Huda, Pati)
Source: moslemwiki.com
Monday, May 16, 2016
Ulama Sebagai Tokoh Sentral Umat
Imam Al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin mengatakan, “tradisi ulama adalah mengoreksi penguasa untuk menerapkan hukum Allah. Kerusakan masyarakat adalah akibat kerusakan penguasa dan kerusakan penguasa itu akibat kerusakan ulama.”
Dari apa yang disampaikan oleh Imam Alghazali tersebut, sedikit saya bisa memahami bahwa ulama' adalah tokoh sentral segala persoalan yang berhungan dengan kepentingan umat, agama, politik, sosial, dan budaya. Kemudian tradisi mengoreksi penguasa menjadi sebuah keniscayaan, sebab pada penguasa −sebagian besar− urusan umat diamanahkan.
Untuk kepentingan agama, ulama menjadi rujukan pertama dan utama dalam menyelesaikan segala persoalan yang menyangkut keagamaan, menjadi tokoh yang dimintai fatwa, menjadi tempat konsultasi. Selain dari pada itu, ulama dihormati karena ilmu dan kharismanya. Oleh karenanya, dalam sebuat riwayat ulama disebut sebagai pewaris para nabi.
Pada tatanan sosial, ulama dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Disini, ulama masih dipercaya sebagai tolok ukur penggerak kebaikan karena pergaulannya yang penuh etika. Sehingga, bila dalam tatanan sosial seorang ulama' bertindak di luar tradisi yang berlaku di masyarakat, sudah bisa dipastikan seorang tokoh tersebut akan menanggung sanksi sosial yang sangat berat nilainya.
Tokoh Ulama' adalah benteng terakhir dalam menjaga tradisi, menjaga budaya ketimuran. Ulama' dengan pesantrennya, ulama' dengan ilmu dan jamaahnya, menjadi perekat dalam menjaga nilai-nilai tradisi dan budaya yang ada, khusus epon e Madhura (khususnya di Madura. red.).
Dalam kontek politik, ulama' memiliki peran yang sangat strategis sebagai figur panutan. Dalam catatan saya, ulama tidak harus terlibat langsung dalam panggung politik, karena ulama' tanpa diminta sudah "dibaiat" oleh masyarkat secara umum sebagai tokoh: tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh politik. Ini terbukti ketika masyarakat menghadapi persoalan (baik menyangkut agama, politik, sosial dan budaya), masyarakat pasti mendatangi seorang tokoh ulama dalam meminta restu ataupun petunjuk.
Dalam hal ini seorang ulama' cukup menjadi tokoh dari semua kalangan, menjadi penasehat tentang bagaimana memilih seorang pemimpin yang baik, pemimpin yang memenuhi standart menurut agama dan negara ini. Ulama' cukup mulia menjadi guru tentang bagaimana berpolitik kebangsaan. Dan itu adalah harapan semua elemen masyarakat.
Tetapi, saat ini politik sudah lepas dari nalai-nilai politik kebangsaan. Sama sekali jauh dari apa yang pernah disampaikan oleh tokoh agama, tokoh politik, tokoh pluralisme, yaitu KH. Abdurrahman Wahid, “bahwa kemanusiaan lebih penting dari pada politik”. Faktanya, hanya karena politik, nilai kemanusiaan digilas; hanya karena politik, nilai persaudaraan dihancurkan; hanya karena politik, tali persahabatan diputuskan dan tidak jarang pula ditemukan seorang guru menjadi musuh bagi muridnya. Hanya karena persoalan politik. Bahkan yang sangat ironis, sesama tokoh ulama' saling adu pembenaran hanya karena perbedaan pandangan politik. Dan ini berdampak pada masyarakat umum secara sosial. Nah, fenomena ini yang dikhawatirkan bisa menyebabkan pudarnya aura kharismatik pada diri seorang tokoh ulama' sebagai panutan semua umat.
Kembali kepada apa yang disampaikan Imam Alghazali di atas, bahwa ulama memiliki tanggungjawab moral mengevaluasi, mengoreksi kebijakan-kebijalan penguasa. Tentu, posisi tokoh ulama dalam konteks ini memiliki peran besar untuk menguatkan kebijakan yang pro rakyat, dan menegur kebijakan yang merugikan rakyat. Kondisi ini sejalan dengan tradisi para ulama', menyampaikan kebaikan dengan cara yang baik, menolak kebathilan dengan cara yang baik pula.
Ini alasan kenapa ulama' harus menjadi tokoh sentral semua umat. Sebab, politik saat ini terlanjur distigma sebagai dunia yang kotor, dunianya orang-orang yang picik, dunia yang penuh dengan tipu daya. Pepatah mengatakan, “tidak ada kebenaran dalam politik. Yang ada adalah kemengan”. Sehingga, jangan salahkan masyarakat jika tokoh ulama' −yang selama ini menjadi figur semua golongan memilih terjun langsung dalam panggung politik− akan mendapakan pengakuan yang sama secara prilaku seperti prilaku para politisi busuk, politisi yang karir politiknya berakhir di jeruji besi.
Apakah ulama' harus alergi politik?. Jawabannya: "tidak", sebab negera ini dibangun atas nama politik. Hanya saja kondisi politik sekarang ini yang tidak memungkinkan bagi seorang ulama' untuk terlibat langsung sebagai penggerak politik praktis.
Bisa dibayangkan, jika tokoh ulama' yang selama ini dikenal akrab dengan umat menyamapaikan ajaran agama, dari masjid ke masjid, dari desa ke desa lainnya, dari pesantren ke pesantren lainnya, kini harus sibuk dengan kelompoknya, harus sibuk dengan kepentingan politiknya seperti kondisi saat ini. Silahkan bayangkan nasib umatnya!!! Jujur, saya takut sekali untuk membayangkan....!!!
* Penulis adalah aktivis ALGHAZALI Pamekasan: Komunitas Cinta Baca dan Menulis
Ketua Umum MPP IKBAS PPMU Panyeppen: 'Lawan Kapitalisme!!!'
Sunday, May 15, 2016
Terpilih, Pimpinan MPP IKBAS PPMU Panyeppen Periode 2016-2021.
Kuliah Umum Pembukaan MUSKUB II MPP IKBAS PPMU Panyeppen.
Silaturahmi ISHARI Pamekasan-Sampang
Thursday, May 12, 2016
Perangi Narkoba, PKBI bersama BNN dan POLRES Pamekasan Gelar Sosialisasi.
Tuesday, May 10, 2016
Acara Puncak ISOMIL, Shalawat Badar dan "Deklarasi Nahdlatul Ulama"
- Nahdlatul Ulama menawarkan wawasan dan pengalaman Islam Nusantara kepada dunia sebagai paradigma Islam yang layak diteladani, bahwa agama menyumbang kepada peradaban dengan menghargai budaya yang telah ada serta mengedepankan harmoni dan perdamaian.
- Nahdlatul Ulama tidak bermaksud untuk mengekspor Islam Nusantara ke kawasan lain di dunia, tapi sekadar mengajak komunitas-komunitas Muslim lainnya untuk mengingat kembali keindahan dan kedinamisan yang terbit dari pertemuan sejarah antara semangat dan ajaran-ajaran Islam dengan realitas budaya-budaya lokal di seantero dunia, yang telah melahirkan beragam peradaban-peradaban besar, sebagaimana di Nusanta
- Islam Nusantara bukanlah agama atau madzhab baru melainkan sekadar pengejawantahan Islam yang secara alami berkembang di tengah budaya Nusantara dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam sebagaimana dipahami, diajarkan dan diamalkan oleh kaum Ahlussunnah wal Jama’ah di seluruh dunia.
- Dalam cara pandang Islam Nusantara, tidak ada pertentangan antara agama dan kebangsaan. Hubbul watan minal iman: “Cinta tanah air adalah bagian dari iman.” Barangsiapa tidak memiliki kebangsaan, tidak akan memiliki tanah air. Barangsiapa tidak memiliki tanah air, tidak akan punya sejarah.
- Dalam cara pandang Islam Nusantara, Islam tidak menggalang pemeluk-pemeluknya untuk menaklukkan dunia, tapi mendorong untuk terus-menerus berupaya menyempurnakan akhlaqul karimah, karena hanya dengan cara itulah Islam dapat sungguh-sungguh mewujud sebagai rahmat bagi semesta alam (Rahmatan lil ‘Alamin).
- Islam Nusantara secara teguh mengikuti dan menghidupkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam yang mendasar, termasuk tawassuth (jalan tengah, yaitu jalan moderat), tawaazun (keseimbangan; harmoni), tasaamuh (kelemah-lembutan dan kasih-sayang, bukan kekerasan dan pemaksaan) dan i‘tidaal (keadilan).
- Sebagai organisasi Ahlussunnah wal Jama’ah terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama berbagi keprihatinan yang dirasakan oleh sebagian besar warga Muslim dan non-Muslim di seluruh dunia, tentang merajalelanya ekstremisme agama, teror, konflik di Timur Tengah dan gelombang pasang Islamofobia di Barat.
- Nahdlatul Ulama menilai bahwa model-model tertentu dalam penafsiran Islamlah yang merupakan faktor paling berpengaruh terhadap penyebaran ekstremisme agama di kalangan umat Islam.
- Selama beberapa dekade ini, berbagai pemerintah negara di Timur Tengah telah mengeksploitasi perbedaan-perbedaan keagamaan dan sejarah permusuhan di antara aliran-aliran yang ada, tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya terhadap kemanusiaan secara luas. Dengan cara mengembuskan perbedaan-perbedaan sektarian, negara-negara tersebut memburu soft power (pengaruh opini) dan hard power (pengaruh politik, ekonomi serta militer) dan mengekspor konflik mereka ke seluruh dunia. Propaganda-propaganda sektarian tersebut dengan sengaja memupuk ekstremisme agama dan mendorong penyebaran terorisme ke seluruh dunia.
- Penyebaran ektremisme agama dan terorisme ini secara langsung berperan menciptakan gelombang pasang Islamofobia di kalangan non-Muslim.
- Pemerintahan negara-negara tertentu di Timur Tengah mendasarkan legitimasi politiknya diambil justru dari tafsir-tafsir keagamaan yang mendasari dan menggerakkan ekstremisme agama dan teror. Ancaman ekstremisme agama dan teror dapat diatasi hanya jika pemerintahan-pemerintahan tersebut bersedia membuka diri dan membangun sumber-sumber alternatif bagi legitimasi politik mereka.
- Nahdlatul Ulama siap membantu dalam upaya ini.
- Realitas ketidakadilan ekonomi dan politik serta kemiskinan massal di dunia Islam turut menyumbang pula terhadap berkembangnya ekstremisme agama dan terorisme. Realitas tersebut senantiasa dijadikan bahan propaganda ekstremisme dan terorisme, sebagai bagian dari alasan keberadaannya dan untuk memperkuat ilusi masa depan yang dijanjikannya. Maka masalah ketidakadilan dan kemiskinan ini tak dapat dipisahkan pula dari masalah ektremisme dan terorisme.
- Walaupun maraknya konflik yang meminta korban tak terhitung jumlahnya di Timur Tengah seolah-olah tak dapat diselesaikan, kita tidak boleh memunggungi masalah ataupun berlepas diri dari mereka yang menjadi korban. Nahdlatul Ulama mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengambil peran aktif dan konstruktif dalam mencari jalan keluar bagi konflik multi-faset yang merajalela di Timur Tengah.
- Nahdlatul Ulama menyeru siapa saja yang memiliki iktikad baik dari semua agama dan kebangsaan untuk bergabung dalam upaya membangun konsensus global untuk tidak mempolitisasi Islam, dan memarjinalkan mereka yang hendak mengeksploitasi Islam sedemikian rupa untuk menyakiti sesama.
- Nahdlatul Ulama akan berjuang untuk mengonsolidasikan kaum Ahlussunnah wal Jama’ah sedunia demi memperjuangkan terwujudnya dunia di mana Islam dan kaum Muslimin sungguh-sungguh menjadi pembawa kebaikan dan berkontribusi bagi kemaslahatan seluruh umat manusia.